Notice: Undefined offset: 1 in /home/deeles22/public_html/wp-content/plugins/visitors-online/visitors-online.php on line 505

Notice: Undefined offset: 2 in /home/deeles22/public_html/wp-content/plugins/visitors-online/visitors-online.php on line 505

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /home/deeles22/public_html/wp-content/plugins/visitors-online/visitors-online.php:505) in /home/deeles22/public_html/wp-content/plugins/visitors-online/visitors-online.php on line 557
Menemukan Algoritma Kehidupan – Dee Lesmana
Menemukan Algoritma Kehidupan

Melanjutkan artikel saya sebelumnya yang berjudul “Dunia Hanya Permainan Belaka” (Referensi: https://deelesmana.com/serius-tapi-santai-dunia-hanyalah-permainan-belaka-dipandang-dari-sudut-pandang-psikologi-dan-fisika-kuantum/) , saya pun kemudian selalu bertanya-tanya dalam diri, adakah sebuah formula dalam hidup, adakah sebuah algoritma yang mengatur kehidupan, sehingga manusia bisa memahami segala sesuatu secara mebih mudah? Karena kehidupan adalah sebuah permainan, maka pastilah Sang Pencipta telah membuat dan menciptakan algoritma tertentu dalam mengatur kehidupan ini.

Layaknya sebuah permainan, maka Tuhan selaku Sang Maha Programmer (Referensi Video: https://youtu.be/0ScYlmEEo4M) pastiiii sudah menentukan kode-kode alias coding berupa algoritma dalam kehidupan kita di Dunia ini. Pada saat Kita menyadari bahwa di level fisika kuantum, semua yang kita lihat dan rasakan melalui panca indera ternyata hanyalah merupakan kekosongan belaka, akhirnya kita pun sadar bahwa segalanya hanyalah sekedar energi, frekuensi dan vibrasi. Hukum-hukum semesta yang berlaku saat ini pun menjadi landasan utama dalam pembuatan sebuah algoritma kehidupan. Seperti dalam video yang saya buat dengan judul 12 Hukum Alam Semesta (Referensi: https://youtu.be/gbQSF09K0s4), kita tersadarkan bahwa Tuhan telah membuat sebuah mekanisme hukum alam dengan amat tepat dan sedemikian presisi, tidak ada cela, tidak ada cacat di dalamnya. Sifatnya absolut dan berlaku bagi seluruh makhluk Nya. Minimal dari 12 Hukum Alam Semesta tersebut, kita bisa membuat suatu variabel, suatu algoritma dalam kehidupan ini.

Pertanyaannya kemudian adalah, apakah mungkin kita menemukan persamaan atau algoritma tersebut? Apakah mungkin manusia menemukan sebuah formula, sebuah Life’s Equation, suatu Life’s Alghoritm, agar manusia mampu untuk menjalani kehidupan yang memenuhi, yang memuaskan, yang membahagiakan, yang memudahkan? Hhhmmmmmm… Ini membutuhkan suatu penelitian yang melibatkan banyak sekali cabang ilmu pengetahuan, namun menurut saya mungkin-mungkin saja kita sebagai manusia, sebagai pendamping pencipta bagi Tuhan, mampu untuk menemukan korelasi dan formulasi umum atau formula dasar, BUKAN formula pasti alias fixed formula yang menjadi semacam “The God’s Equation” atau “The God’s Formula” dalam permainan bernama kehidupan manusia yang fana ini.

Kita bisa memulainya dengan misalnya menentukan terlebih dahulu variabel-variabel apa saja yang menentukan nasib seorang manusia. Kita sudah memahami bahwa Tuhan telah memberikan hak prerogatif kepada manusia untuk merubah nasibnya sendiri. Nasib adalah sesuatu yang bisa dirubah, oleh sebab itu pasti ada sebuah mekanisme, sebuah formula untuk merubah nasib kehidupan seorang manusia.

Dari hasil pengamatan dan pengetahuan yang saya miliki, beberapa faktor serta variabel utama dan sub-variabel yang terlibat dalam formula tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

  1. Waktu Kelahiran: Waktu kelahiran manusia akan menentukan rancangan diri nya sebagai seorang manusia. Hal ini bisa kita amati dan ketahui dengan membaca Human Design kita (Referensi video: https://youtu.be/RxOKmQJWu0), cetak biru kita sebagai seorang manusia. Variabel ini akan menghasilkan sub-variabel berdasarkan hasil pembacaan Human Design seseorang antara lain type, profile, inner authority, strategy, not self theme, incarnation cross, energy center, energy gates, energy channel, line, colour dan lain sebagainya. Sub-variabel tersebut akan terlibat secara aktif karena itu adalah rancangan dasar kita, blueprint kita sebagai seorang manusia. Pada saat energi di seluruh sirkuit energi di dalam diri kita harmonis, selaras dan koheren dan sesuai dengan rancangan awal kita, sesuai dengan Human Design kita, maka proses transformasi kehidupan akan berjalan lebih mudah, selaras dan harmonis dengan energi semesta. Hasilnya adalah kehidupan yang diinginkan terjadi secara alami dalam kondisi “Zona Power“. Life is restored before it’s transformed… Hidup kita direstorasi ke rancangan diri kita sesungguhnya, barulah kehidupan bertransformasi. As within so without. Apa yang ada di dalam diri kita, maka itulah yang akan tercermin di luar.

  2. Environmental Conditioning: Setelah memasukkan variabel dan sub-variabel dari Human Design, maka faktor selanjutnya yang perlu kita masukkan adalah faktor pengkondisian ekternal yang disebabkan oleh lingkungan seseorang. Keluarga, sekolah, pertemanan, interaksi sosial, dan sub-variabel terkait lainnya amat sangat mempengaruhi energi, frekuensi dan vibrasi manusia. Pemrograman bawah sadar yang terbentuk terutama di usia 0-7 tahun, di periode emas kehidupan, menciptakan persepsi alias paradigma atau citra diri seseorang. Believe System kita terbentuk dan menjadi program bawah sadar yang akan selalu kita putar dan mainkan seumur hidup kita. Selama kita tidak melakukan reprograming di level bawah sadar, maka kehidupan dan nasib kita akan terasa statis dan tidak banyak berubah. Tentunya faktor “Pengkondisian Lingkungan” ini menghasilkan suatu bentuk kesadaran dalam diri manusia. Dan kesadaran manusia tersebut akan menciptakan “habit” dan membentuk karakter serta menentukan nasib seorang manusia ke depannya.

  3. Emosi dan Kesadaran: Sebagai seorang manusia yang merupakan makhluk energi yang memancarkan frekuensi dan vibrasi tertentu ke medan kuantum, medan matriks Ilahiah, maka emosi dan kesadaran seorang manusia memainkan peranan yang teramat penting. Emosi berasal dari kata ”emotion” alias energy in motion yang kalau kita terjemahkan berarti energi yang bergerak. Tingkat emosi seseorang yang selalu bergerak naik dan turun seperti layaknya frekuensi (ada puncak dan ada dasar), menjadi kunci dalam menentukan kesadaran seorang manusia. Emosi-emosi negatif akan menciptakan kesadaran negatif. Kesadaran negatif akan memancarkan frekuensi negatif dan lemah ke medan kuantum. Akibatnya, manusia menerima kembali segala bentuk hasil energi yang juga lemah dan negatif dalam kehidupannya dikarenakan mekanisme hukum-hukum alam semesta yang berlaku secara universal. Titik utama dalam proses transformasi kehidupan selanjutnya adalah kondisi sadar. Mau kaya dan berkelimpahan? Kita harus sadar kaya dan berkelimpahan terlebih dahulu. Mau sehat? Kita harus sadar sehat terlebih dahulu. Mau bahagia? Kita harus sadar bahagia terlebih dahulu. Dan kesadaran tersebut berawal dari niat dan keinginan. Niat tersebut kemudian dilanjutkan dengan fokus dalam meraih keinginan tersebut. Your intention transform. Your attention expand. Niat dan keinginan kita akan merubah hidup kita. Namun fokus dan perhatian kita yang akan mengembangkan kehidupan kita ke depannya. Niat dan keinginan kita bisa juga dituangkan dalam bentuk Rancangan Kehidupan alias Life’s Design. Ketika kita sadar bahwa manusia memiliki hak untuk menciptakan kehidupannya sendiri, merancang kehidupannya sendiri, meretas nasibnya sendiri, maka itu akan menjadi titik balik utama dalam proses transformasi kehidupan.

  4. Intelektualitas: Tingkat intelektualitas seseorang biasanya dikenal sebagai IQ alias Intelectual Quotient. Tingkat intelektualitas memengaruhi kehidupan manusia, namun fraksi nya tidak sebesar faktor lain. Diluar tingkat intelektualitas, banyak faktor non-intelektualitas yang bisa memengaruhi nasib seorang manusia. Akan tetapi tentu saja semakin tinggi tingkatan intelektualitas seseorang, maka semakin besar kemungkinan dan kesempatan dia untuk merubah nasib, namun tetap interkonektifitas antar variabel dan sub-variabel lain akan menentukan hasil akhirnya.

  5. Spiritualitas: Tingkat spiritualitas seseorang menjadi salah satu faktor utama dalam menentukan nasib mereka ke depan. Manusia adalah makhluk spiritual. Kita sejatinya adalah makhluk cahaya. Manusia sejatinya adalah ruh yang sedang mengalami pengalaman sebagai seorang manusia di Dunia. Kita harus menyadari bahwa kita adalah makhluk spiritual karena Tuhan telah meniupkan sebagian dari Ruh Nya kepada manusia pada saat manusia masih berada dalam rahim kandungan ibu nya. Tingkat spiritualitas tidak selalu terkait dengan agama tertentu. Seseorang yang memiliki tingkat spiritualitas tinggi belum tentu tingkat religiusitasnya tinggi, bahkan bisa jadi tidak memiliki religi. Begitupun sebaliknya, seseorang yang religiusitasnya tinggi belum tentu memiliki tingkat spiritualitas yang tinggi. Variabel spiritual bisa menjadi salah satu faktor utama dalam hidup seseorang yang mampu merubah nasib nya. Tingkat kesadaran spiritual adalah variabel utama dalam formula algoritma kehidupan. Kenapa? Karena spiritualitas hampir menyerupai mekanika kuantum. Bayangkan Anda berdoa atau bermeditasi. Keduanya menurut saya dari kacamata fisika atau mekanika kuantum adalah sesuatu yang serupa. Ketika Tuhan berkata “Kun Fayakun” alias “Terjadi, maka terjadilah” maka sesungguhnya itu adalah sesuatu yang menjadi bagian integral dari mekanika kuantum. Di tataran kuantum, segala sesuatu sudah terjadi, semua doa sudah terwujud, segala kemungkinan sudah ada. Tidak ada bedanya dengan spiritualitas, ketika kita berada di tataran spiritualitas yang tinggi, kita sesungguhnya sedang menyelam ke dalam samudera kuantum. Menjadi air dari samudera kemungkinan tanpa batas…

  6. Karakter dan Tindakan: Segala sesuatu di semesta ini adalah energi. Karena semuanya energi, maka segala sesuatunya adalah pertukaran energi sebagaimana termaktub dalam hukum kekekalan energi (Referensi video: https://youtu.be/80rhpb3UqpY). Einstein menyatakannya dalam rumus paling terkenal diseantero Dunia dengan persamaan E = mc2. Dimana E adalah energi dan m adalah masa dan c adalah kecepatan cahaya (dalam hal ini 2 adalah kuadrat). Kita bisa merujuk kepada hukum ini untuk memahami mekanisme dasar bagaimana energi bekerja. Karena E sama dengan m dikali c kuadrat, maka untuk merubah nasib yang merupakan domain dari “m” alias massa dari suatu partikel, maka untuk merubah nasib, kita harus bisa meningkatkan faktor “E” kita alias energi kita. Sementara faktor “c” adalah suatu konstanta yang sifatnya tetap. Akan tetapi “c” bisa menjadi faktor X yang sifatnya spiritual. Dikarenakan kita sadar bahwa manusia adalah makhluk cahaya, suatu ruh yang terperangkap dalam wujud fisik, maka kita harus mampu meningkatkan kesadaran kita di level kecepatan cahaya kuadrat. Level ruhaniah. Disinilah peran nilai spiritual dan ke-Tuhanan mengambil perannya. Siapakah yang bisa bergerak jauh lebih cepat dari kecepatan cahaya kuadrat? Itulah cahaya Sang Ilahiah… Cahaya diatas cahaya… Pada saat level energi manusia meningkat, maka otomatis pembentukan massa partikel di tataran fisik akan semakin meningkat. Jadi kalau manusia ingin merubah sesuatu di tataran material, maka rubahlah dulu tingkatan energi mereka terlebih dahulu. Tentunya merubah energinya melalui tataran kuantum yang tidak terlihat terlebih dahulu baru dilanjutkan ke tataran fisik. Selama tingkatan energi kita rendah, maka otomatis tingkat eksitasi untuk merubah atom dan sub atomik menjadi partikel materi akan rendah juga. Kita membutuhkan tingkat energi yang tinggi agar mampu merubah sesuatu yang tidak terlihat di tataran kuantum menjadi terlihat di tataran fisik atau materi duniawi. Oleh sebab itu, karakter dan tindakan yang diambil oleh seorang manusia akan menentukan nasib manusia. Tindakan dan karakter manusia adalah wujud pertukaran energi. Dengan demikian, ikhtiar manusia yang diwujudkan dalam bentuk tindakan akan sangat berpengaruh dalam pembentukan nasib seorang manusia.

Nah itulah kurang lebih beberapa faktor utama dalam algoritma kehidupan. Masih banyak faktor-faktor lain yang bisa saja kita sebut sebagai faktor X dan bisa jadi itu adalah wujud ketetapan Tuhan.

Kuantum Kolektif

Kesemua faktor dan variabel serta sub-variabel itu kemudian akan menciptakan energi yang membentuk dan menyatu secara kolektif. Ada kesadaran kolektif, kecerdasan kolektif, dan berbagai bentuk kolektifitas lainnya di tataran kuantum.  Neraca kolektifitas tersebut kemudian akan menjadi suatu neraca yang dipengaruhi oleh kesadaran dan kecerdasan manusia lainnya. Kita bisa membayangkan medan kuantum kolektif yang berada di luar diri kita, invinsible, tidak terlihat, namun memengaruhi kehidupan kita sebagai seorang manusia. Kesadaran, kecerdasan, ketidaksadaran, ketidakcerdasan, dan berbagai parameter kolektif lainnya terekam dalam database semesta.

Semesta ini layaknya sebuah server yang selalu merekam segala hal dan mencatatnya di dalam database semesta. Ada yang menyebut database tersebut bernama Akasha atau Akashic, ada yang menyebutnya sebagai Lauh Mahfuz, dan lain sebagainya. Konsepnya tetap sama. Kolektifitas data dan informasi yang terhimpun dan saling terhubung, terikat dan terkait antar satu sama lain. Kesetimbangan parameter, variabel dan sub-variabel seseorang sebagaimana dijelaskan diatas, akan kemudian terefleksikan di tataran realitas duniawi.

Segalanya adalah energi. Dan bila segalanya adalah energi maka segalanya adalah informasi. Manusia adalah makhluk informavora. Anda dan saya melahap segala bentuk informasi melalui panca inderawi. Namun selain panca inderawi, kita juga memiliki panca indera yang jauh lebih tinggi tatarannya. Inilah dunia batin, mental, intuisi, inspirasi dan lain sebaginya. Manusia bisa kita ibaratkan layaknya sebuah komputer, yang memerlukan akses kepada server. Kepada Sang Sumber. Semakin kuat konektifitas kita kepada Sang Sumber, kepada Sang Cahaya Diatas Cahaya, lalu kemudian program-program bawah sadar yang dijalankan pun adalah program-program yang sifatnya positif dan berdaya, ditambah kapasitas diri yang juga baik dan tinggi, maka kehidupan kita pun akan bertransformasi semakin membaik.

Demikianlah sekilas artikel mengenai algoritma kehidupan. Tentunya saya belum memiliki kapabilitas untuk membuat formula algoritma kehidupan sebagaimana judul diatas. Judul diatas dibuat agar kita semua menjadi “sadar” bahwa kehidupan kita berjalan melalui beragam proses algoritma yang amat sangat rumit dan kompleks, tidak bisa diselesaikan dalam suatu formula sederhana seperti algoritma permainan dalam sebuah komputer. Algoritma yang terlibat dalam kehidupan manusia memiliki parameter, variabel, sub-variabel dan pemrograman yang amat sangat kompleks. Akan tetapi minimal, dengan menyadari dan membaca artikel diatas, kita bisa mengetahui apa saja parameter, serta variabel dan sub-variabel dasar nya.

Selamat menjalani peran dalam permainan bernama kehidupan. Semoga kita semua selalu diberikan kesehatan, kebahagiaan dan keberlimpahan dalam semua aspek kehidupan.

Wassalam,

Dee Lesmana

Shares